Makna Taubat Sejati Menurut Islam
Berdasarkan kajian dari Muhammadiyah Yogyakarta yang diunggah pada 1 September 2020, taubat dalam Islam bukan sekadar ucapan astaghfirullah, tetapi melibatkan kesadaran penuh, penyesalan mendalam, dan perubahan perilaku. Berikut adalah inti dari makna taubat sejati menurut Islam:
1. Taubat Harus Dilakukan dengan Lisan, Hati, dan Tindakan
Taubat yang diterima Allah adalah taubat yang dilakukan dengan penuh kesadaran (nasuha). Seseorang harus:
- Mengakui kesalahan dengan lisan melalui istighfar.
- Menyesali perbuatan dosa dengan hati.
- Berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan dan membuktikannya dengan perbuatan shaleh.
2. Taubat atas Ketidaktahuan Dapat Diterima
Mengutip Al-Qur’an, Surah An-Nisa ayat 17, taubat yang diterima Allah adalah dari mereka yang berbuat dosa karena ketidaktahuan (jahalah), kemudian segera bertaubat setelah menyadari kesalahannya. Contohnya, seseorang yang melakukan perbuatan buruk tanpa memahami konsekuensinya, lalu menyesal dan bertaubat setelah mendapat pemahaman.
3. Kesadaran dan Kecepatan dalam Bertaubat
Taubat yang dilakukan segera setelah kesadaran akan dosa memiliki peluang lebih besar untuk diterima. Jika seseorang menunda taubat meski sudah tahu perbuatannya salah, peluang diterimanya semakin kecil. Taubat yang tulus ditunjukkan dengan tidak mengulangi dosa dan menggantinya dengan amal kebaikan.
4. Hindari Taubat yang Bersifat Permen
Taubat bukanlah ucapan kosong atau ritual verbal semata. Mengucapkan astaghfirullah tanpa keterlibatan hati atau perubahan perilaku tidak menjamin penerimaan taubat. Contohnya, seseorang yang berulang kali bertaubat namun kembali pada dosa yang sama menunjukkan taubat yang tidak tulus (lamis dalam istilah Jawa).
5. Allah Maha Mengetahui dan Bijaksana
Allah, sebagai Al-‘Alim (Maha Mengetahui) dan Al-Hakim (Maha Bijaksana), mengetahui keikhlasan taubat seseorang. Taubat yang diterima adalah yang dilakukan dengan niat tulus, pengakuan kesalahan, dan perubahan menuju kebaikan. Allah tidak dapat “dipermainkan” dengan taubat yang hanya sebatas ucapan.
6. Keikhlasan dalam Doa dan Istighfar
Kajian ini juga menyinggung pentingnya keikhlasan dalam berdoa dan istighfar. Ucapan doa, termasuk istighfar, harus melibatkan hati yang bersih dan niat tulus. Tanpa keikhlasan, ucapan tersebut hanyalah simbol verbal tanpa makna. Contohnya, membaca Bismillahirrahmanirrahim untuk menyembuhkan tidak otomatis efektif tanpa keimanan dan izin Allah.
7. Peringatan terhadap Komersialisasi Doa
Kajian ini mengkritik praktik komersialisasi doa, seperti ruqyah berbayar dengan jaminan kesembuhan. Doa dan ruqyah harus dilakukan dengan ikhlas, bukan untuk keuntungan materi. Kesembuhan atau penerimaan taubat bergantung pada izin Allah, bukan pada nominal rupiah atau paket layanan.
Kesimpulan
Taubat sejati dalam Islam adalah proses yang melibatkan kesadaran, penyesalan, dan perubahan perilaku menuju kebaikan. Taubat harus dilakukan dengan ikhlas, segera setelah menyadari kesalahan, dan dibuktikan dengan amal shaleh. Allah Maha Mengetahui keikhlasan hamba-Nya, sehingga taubat bukanlah sekadar ucapan, tetapi komitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Disarikan dari Channel Muhammadiyah Yogyakarta