Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah Kota Yogyakarta



Sejarah berdirinya Muhammadiyah di Kota Yogyakarta sejalan dengan sejarah berdirinya Muhammadiyah secara umum. Hal ini terjadi karena pendirian Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 dilakukan di Kota Yogyakarta tepatnya di Kecamatan Kraton (baca : Kauman).
Namun secara khusus karena perkembangan Muhammadiyah yang semakin pesat dan spektrum gerakannya yang meluas tidak hanya di lokal Yogyakarta namun menyebar ke seluruh Indonesia sehingga terbentuklah jenjang organisasi tingkat Muhammadiyah Daerah (dulu disebut Muhammadiyah Cabang) di provinsi, kabupaten, kota, karesidenan, kecamatan, bahkan kelurahan di seluruh Indonesia termasuk di Kota Yogyakarta.

Munculnya Muhammadiyah Cabang di Kota Yogyakarta

Sebagai embrio sebelum ditetapkannya cabang Yogyakarta pada tahun 1948 di Yogyakarta telah terbentuk Cabang Surunotan yang luas daerahnya (wilayahnya) meliputi seluruh wilayah karesidenan Yogyakarta (Kota Yogyakarta). Muhammadiyah Cabang Suronatan ini telah dibentuk melalui surat keputusan (surat ketetapan) Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.951-/B tertanggal 20 Rabiul Awwal 1367 / 31 Januari 1948 yang ditandatangani oleh Ki Bagus Hadikusuma sebagai ketua dan H.M.J Anies sebagai sekretaris.
Bersamaan pada waktu itu telah terbentuk juga Cabang Muhammadiyah Gedong Tengen dan Gondomanan dalam satu kepemimpinan dan Cabang Muhammadiyah Karangkajen.
Pola pembinaan Muhammadiyah Cabang yang dilakukan pada waktu itu adalah dari Pimpinan Pusat (Hoofbestur) Muhammadiyah langsung memberikan binaan dan penanganan sampai pada masalah admininstrasi.
Lebih khusus lagi Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada waktu itu melakukan pembinaan pada masyarakat Kauman, karena mayoritas anggota Muhammadiyah pada waktu itu adalah warga Kauman yang merupakan kader Persyarikatan.
Tetapi terkadang terjadi saling menunggu (over lapping) hal tersebut dikarenakan kurang adanya koordinasi. Pola kepemimpinan waktu itu lebih bersifat pragmatisme.
Masing – masing pimpinan lebih mementingkan pada pembinaan anggota melalui kegiatan pengajian – pengajian yang masih ditekankan pada bidang ideology bukan / belum pada bidang organisasi.
Amal usaha Muhammadiyah pada waktu itu :
  1. Pengajian dawil qurba yaitu pengajian khusus bagi pengurus Muhammadiyah yang diadakan pada setiap malam selasa.
  2. Ortom Nasyiatul Aisyiah sudah Nampak dipermukaan dengan pimpinan Bu Daris Tamim dan ini berlangsung semenjak jaman Belanda.
  3. Bagi bahagian Sekolah masih di bawah pengelolaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang ditangani oleh bapak Mawardi.

Penggabungan beberapa Muhammadiyah Cabang di Kota Yogyakarta

Dalam perkembangan Muhammadiyah bimbingan Houvbestuur (pimpinan pusat) Muhammadiyah atau pusat Pimpinan waktu itu ada Muhammadiyah Cabang Suronatan yang meliputi seluruh Kota Yogyakarta, diketuai oleh bapak H Martojumono, bapak Muhadi, bapak Wasool Dja`far, dan bapak H. Wasir Nuri.
Dari Cabang Suronatan itu kemudian menjadi Cabang Yogyakarta di bawah Pimpinan H. Wasir Nuri, dan kemudian berkembang tiap kecamatan berdiri satu cabang Muhammadiyah, seperti cabang khusus Karangkajen, Cabang Gondokusuman dan Cabang Gedong Tengen. Kemudian atas perkembangan yang istimewa, dimana golongan kaum komunis tampak garang dan ganas dalam kebencian pada islam, justru tahun 1962 Muhammadiyah dan perkembangannya tambah pesat, dimana dua Cabang yaitu Gondomanan dan Gedong Tengen dijadikan satu, dan menjadi modal berdirinya Daerah Kota Yogyakarta.
Selanjutnya pada masa itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang dipimpin oleh H.M. Yunus Anies sebagai ketua dan H.M. Djindar Tamimy mengusahakan terbentuknya Pimpinan Muhammadiyah Daerah di setiap karisidenan.

Berdirinya Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta

Selanjutnya pada tahun 1965 Muhammadiyah dikembangkan dengan berdirinya Daerah di Karesidenan dan Pimpinan Muhammadiyah Wilayah di tingkat Propinsi. Dan tahun 1968 resmi adanya Pimpinan Muhammadiyah Wilayah, Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang dan yang teerbawah Pimpinan Ranting.
Untuk Cabang Kota Yogyakarta kita dapat mengenal :
  1. Ketua pada waktu itu Bapak H. Sudihardjo – bapaknya Bapak Bahar Herulaksono.
  2. Sekretaris pada waktu itu bapak M Badrun Nardju.
Sebagai kelengkapan kepengurusan dan Pimpinan Muhammadiyah Daerah dari tahun 1956 – 1965 disebutkan bahwa pimpinan lainnya, antara lain :
  1. Bapak H.M Wasir Nuri.
  2. Bapak H. Sudiharjo.
  3. Bapak H. Abdul Hamidy.
  4. Bapak H. Isman Muhammadi.
  5. Bapak Djumadi Dirdjopuspito.
  6. Bapak HM Darban Ahmad Wardi.
  7. Bapak HMR Raiban Hadjid.
Pusat kegiatan organisasi pada saat itu berada di rumah Bapak M Parum – Nardju Jalan Nyai Ahmad Dahlan nomor 40 / Jalan Gerdjen nomor 40. Dan aktifitas rapat selalau menempati “Rumah Pengulon Utara Masjid Besar” atau tempat tinggal KH R Wardan Diponingrat, yang waktu itu juga pusat kegiatan administrasi Peradilan Agama Yogyakarta, dan beliau selalu memberikan bimbingannya.
Pada waktu itu sudah ada kursus – kursus mubaligh “kader mubaligh” kota Yogyakarta angkatan I dan II dimana kadernya antara waktu itu diambilkan dari para pelajar Mu`allimien, Mu`allimat, Muballighien, Mahasiswa Akademi Tabligh dan murid – murid Madrasah Menengah Tinggi, SMA Muhammadiyah, dan Pemuda Muhammadiyah. Kader itu yang ada antara lain Prof. Drs. Ahmad Badawi; dr. Subchi Abdul Kadir; Drs. Syamlan Sulaiman; Drs. Mustari Siradj; Dr. H. Sugiat AS; Suhar Yahya; Mawardi; Ali Zaman M Noor; Sholahuddin – Bakri; Umar Fanani BA; Ahmad Badawi BA; M Margono BA; Muh Musa BA dan masih banyak yang lainnya.

Dinamika awal pasca berdirinya Muhammadiyah Daerah Kota Yogyakarta

MuhammadiyahKota Yogyakarta pada waktu itu banyak digerakkan dan dimotori tokoh Mubaligh Muda seperti M Dahlan Al – Mughoni; Drs. H Djafron Wasik; Bisrron Ahmadi; M Barum Nardju; HM Djuremi; Ahmad Fauzaan; HM Hermas; RH Haifani Hilal; M Djasuri Hamid; HM Djamal membuat kursus – kursus pimpinan Muhammadiyah, Kursus – kursus kader Muballigh dan kursus – kursus Administrasi Muhammadiyah di samping pemantapan ideology Muhammadiyah. Dimana pada waktu itu digalakkan adanya pemahaman khittah Muhammadiyah dan Kepribadian Muhammadiyah disamping KHR Hajdid dan KH Aslam memberikan tuntunan masalah ketarjihan dan menghidupkan Pesantren Luhur di Ngipik Kaliurang Yogyakarta.
Dari Kota Yogyakarta itulah kemudian berkembang kelembagaan – kelembagaan Muhammadiyah seperti Aisyiah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Guru Muhammadiyah (IGM), Ikatan Sarjana Muhammadiyah (ISM), Ikatan Seni Budayawan Muhammadiyah (ISBM), Ikatan Karyawan Muhammadiyah (IKM), Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Sinar Kaum Muhammadiyah / Muballigien (ISKM), dan Ikatan Kaum Muhammadiyah / Muallimien (IKM).
Masing – masing kelembagaan diatas mempunyai aktifitas dan kegiatan yang cukup dapat memberikan warna dan gema dalam Masyarakat Kota Yogyakarta.
Menurut KH Muh Djili bahwa gema Muhammadiyah Kota Yogyakarta adalah gemanya persyarikatan Muhammadiyah dimana Kauman, Suronatan, Notoprajan, Ngadiwitan, dan pada waktu itu UGM masih di pagelaran Kraton Yogyakarta merupakan sumber dinamika aktifitas Gerakan islam.
Disadur dari buku “Sejarah Singkat Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta” yang disusun oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta Periode 1990 – 1995