Wednesday , 8 October 2025

 

Khutbah Jum’at: Bahaya Ghibah dan Fitnah dalam Kehidupan Sosial

 

Khutbah Pertama

  • Membaca Tahmid
  • Membaca Tasyahhud atau Syahadat
  • Membaca Sholawat pada Nabi Muhammad
  • Memberikan wasiat taqwa
  • Membaca sebagian atau beberapa ayat Al-Qur’an
  • Membaca Hadist (pilihan)

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan, memohon ampunan, serta berlindung kepada-Nya dari keburukan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ghibah dan fitnah adalah dua penyakit sosial yang sering kali diremehkan, padahal keduanya memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan umat. Allah telah memperingatkan kita tentang ghibah dalam firman-Nya:

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ghibah adalah membicarakan keburukan saudaramu di belakangnya, walaupun hal itu benar. Sedangkan fitnah adalah menyebarkan berita bohong atau menuduh tanpa bukti. Kedua hal ini sama-sama dilarang keras dalam Islam karena merusak kehormatan dan ukhuwah.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Engkau menyebutkan tentang saudaramu sesuatu yang ia tidak suka.” Ditanyakan, “Bagaimana jika apa yang aku katakan itu benar?” Beliau menjawab, “Jika benar apa yang engkau katakan, berarti engkau telah mengghibahinya. Dan jika tidak benar, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Bahaya ghibah dan fitnah bukan hanya merusak hubungan antara individu, tetapi juga bisa menghancurkan persatuan masyarakat. Dalam sejarah Islam, fitnah telah memicu perpecahan besar, bahkan peperangan.

Salah satu bentuk fitnah di zaman sekarang adalah menyebarkan informasi tanpa memastikan kebenarannya, terutama di media sosial. Allah memerintahkan kita untuk tabayyun (klarifikasi) sebelum menyebarkan berita. Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti…” (QS. Al-Hujurat: 6)

Ghibah juga sering menjadi kebiasaan dalam perbincangan santai. Tanpa sadar, obrolan beralih kepada membicarakan keburukan orang lain. Padahal, setiap kata yang kita ucapkan akan dicatat oleh malaikat. (QS. Qaf: 18)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kebiasaan ghibah mengeraskan hati dan menghapus keberkahan. Betapa banyak silaturahim yang putus hanya karena lisan yang tidak dijaga. Orang yang suka mengghibah akan mendapatkan azab di akhirat.

Dalam sebuah hadis, Nabi ﷺ melihat orang-orang yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku dari tembaga. Malaikat menjelaskan: “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merendahkan kehormatan mereka.” (HR. Abu Dawud)

Ghibah dan fitnah juga mengundang murka Allah karena termasuk kezaliman terhadap saudara muslim.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian haram atas kalian…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di era digital, fitnah menyebar lebih cepat daripada kebenaran. Oleh karena itu, kita harus ekstra hati-hati sebelum mengetik dan membagikan sesuatu. Menghindari ghibah adalah tanda kesempurnaan iman.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Solusi untuk menghindari ghibah adalah memperbanyak zikir, membaca Al-Qur’an, dan memikirkan kekurangan diri sendiri. Jika terlanjur mengghibah, maka bertaubatlah dan doakan kebaikan untuk orang yang dighibahi. Jika kita berada di majelis yang penuh ghibah, kita diperintahkan untuk mengingkari atau meninggalkan majelis tersebut. Allah berfirman:

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olok ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka…” (QS. Al-An’am: 68)

Menjaga lisan termasuk bagian dari kebaikan akhlak yang paling utama. Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Tidak akan lurus iman seseorang hingga lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya hingga lurus lisannya.” (HR. Ahmad)

Ghibah dan fitnah tidak hanya membahayakan di dunia, tetapi juga akan menjadi sebab kebangkrutan di akhirat. Nabi ﷺ bersabda bahwa orang yang bangkrut adalah yang datang dengan pahala salat, puasa, dan zakat, tetapi pernah menzalimi orang lain sehingga pahalanya habis untuk menebus dosa kepada mereka. (HR. Muslim)

Mari kita bertekad menjaga lisan dari ghibah dan fitnah, memperbaiki hubungan sosial, serta menjadi pembawa kebaikan di tengah masyarakat.

  • Penutup Khutbah pertama

Khutbah Kedua

  • Membaca Tahmid
  • Membaca Tasyahhud atau Syahadat
  • Membaca Sholawat pada Nabi Muhammad
  • Memberikan wasiat taqwa

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Marilah kita memperbanyak istighfar dan memohon perlindungan dari segala keburukan lisan.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Mari kita Jaga lisan kita sebagaimana kita menjaga harta dan kehormatan.

Ingatlah sabda Rasulullah ﷺ: “Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari)

Diakhir khutbah ini, saya mengajak Jamaah untuk memanjatkan do’a kepada Allah SWT agar kita dilindungi dan terhindar dari perbuatan Ghibah dan Fitnah.

  • Menutup dengan membaca doa
    • Diawali bacaan tahmid
    • Sholawat Nabi
    • Doa untuk Kaum Muslimin
    • Doa untuk diri sendiri dan orang tua
    • Doa untuk keluarga
    • Doa Keselamatan dunia dan akhirat
    • Doa mohon diteguhkan imannya
    • Doa lain..
    • Penutup doa