Tuesday , 21 October 2025

 

Pay Later: Kemudahan atau Jebakan Konsumtif bagi Generasi Muda?

 

pdmjogja.org – Perkembangan teknologi digital telah mempermudah berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan keuangan. Salah satu tren yang kini digemari generasi muda adalah layanan pay later, yaitu fasilitas yang memungkinkan pembelian barang atau jasa dengan pembayaran ditunda. Namun, di balik kemudahannya, pay later dapat memicu pola konsumsi boros jika tidak digunakan secara bijak.

Dr. Miftakhul Khasanah, Dosen Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), menjelaskan bahwa pay later pada dasarnya adalah utang digital yang dikemas dengan akses instan melalui aplikasi. “Dulu, berutang melalui kartu kredit memerlukan proses administrasi panjang. Kini, hanya dengan ponsel, transaksi bisa dilakukan. Ini membuat banyak orang, terutama generasi Z, kehilangan kontrol atas pengeluaran mereka,” ujarnya dalam wawancara dengan suaramuhammadiyah, pada Rabu (23/7/2025).

Mengapa Generasi Z Rentan?

Generasi Z, yang tumbuh di era digital, sangat akrab dengan teknologi, termasuk layanan pay later. Banyak dari mereka menganggap pay later aman selama pembayaran dilakukan sebelum jatuh tempo, sehingga terhindar dari bunga atau denda. Namun, Miftakhul menyoroti bahwa kebiasaan ini sering kali membuat mereka lebih boros. “Mahasiswa mengakui bahwa pay later mendorong mereka membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan,” tambahnya.

Masalah ini tidak hanya soal kemampuan finansial, tetapi juga kontrol diri dan kesadaran akan risiko keuangan jangka panjang. Miftakhul menyebut fenomena ini sebagai disonansi kognitif, di mana seseorang menyadari risiko pay later tetapi tetap menggunakannya.

Risiko Pay Later dan Dampaknya

Penggunaan pay later tanpa perencanaan dapat memicu masalah serius, seperti ketergantungan pada pinjaman online (pinjol) untuk menutup utang sebelumnya. Hal ini memperburuk kondisi keuangan dan berpotensi menjebak pengguna dalam siklus utang.

Untuk mencegah dampak negatif, Miftakhul menekankan pentingnya literasi keuangan. Ia menyarankan kerja sama antara pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kementerian keuangan, dan institusi pendidikan untuk mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, tentang pengelolaan keuangan yang sehat.

Tips Menggunakan Pay Later dengan Bijak

Miftakhul tidak merekomendasikan pay later untuk konsumsi rutin. Namun, jika terpaksa digunakan, berikut tipsnya:

  • Gunakan hanya untuk kebutuhan mendesak yang tidak memiliki alternatif pembayaran lain.
  • Pastikan kemampuan finansial untuk melunasi sebelum jatuh tempo.
  • Hindari menjadikan pay later sebagai gaya hidup.

Fokus pada Investasi, Bukan Konsumsi

Alih-alih terjebak dalam gaya hidup konsumtif, Miftakhul mendorong generasi muda untuk merencanakan keuangan jangka panjang. “Mulailah dengan menabung, berinvestasi di reksa dana, deposito, atau memanfaatkan aset keluarga seperti tanah untuk kegiatan produktif. Jangan biarkan kemudahan teknologi menjerumuskan kita ke dalam utang,” pesannya.

Dengan literasi keuangan yang baik dan kedisiplinan, generasi muda dapat memanfaatkan teknologi secara bijak tanpa terjebak dalam jebakan konsumtif. (NF)

Disarikan dari suaramuhammadiyah